Fenomena bullying di sekolah bukan lagi hal baru, namun dampaknya semakin meresahkan. Dari jenjang slot dadu dasar hingga menengah, kasus kekerasan verbal, fisik, dan sosial terus bermunculan. Tahun 2025 seharusnya menjadi era pendidikan maju dan beradab, tapi mengapa perilaku perundungan masih mengakar kuat?
Sekolah Jadi Tempat Tak Aman bagi Banyak Siswa
Ironis, lembaga yang seharusnya menjadi tempat tumbuh dan belajar justru menjadi sumber luka psikologis bagi sebagian pelajar. Banyak siswa merasa enggan melapor karena takut dianggap lemah, atau lebih buruk—karena guru sendiri tidak menanggapi serius.
Baca Juga:
“Terungkap! Banyak Anak Berpura-Pura Sakit Hanya Karena Takut Masuk Sekolah”
Akar Masalah Bukan Sekadar Pelaku, Tapi Sistem
Bullying bukan sekadar persoalan individu yang ‘nakal’. Ini adalah gejala dari sistem pendidikan yang gagal membangun empati dan kesadaran sosial sejak dini. Jika kurikulum terlalu menekankan nilai akademik tanpa memperhatikan karakter dan kesehatan mental, maka ruang bagi kekerasan akan terus ada.
Tanda-Tanda Sekolah Belum Siap Atasi Bullying
-
Tidak Ada Kebijakan Anti-Bullying yang Tegas
Banyak sekolah belum memiliki panduan resmi atau SOP saat terjadi kasus bullying. -
Guru Tidak Dibekali Pelatihan Khusus
Guru kadang abai atau bahkan menyalahkan korban karena kurang memahami dinamika bullying. -
Minimnya Konselor Sekolah Profesional
Layanan konseling yang seharusnya menjadi benteng pertama, kerap tidak tersedia atau tidak berfungsi. -
Korban Cenderung Dibiarkan Sendirian
Tidak ada sistem perlindungan menyeluruh untuk mendampingi korban secara psikologis maupun sosial. -
Kultur Senioritas dan Kekuasaan Tidak Sehat
Tradisi ospek kasar atau ejekan antar kelas kerap dianggap “biasa” atau bagian dari “pendewasaan”. -
Pengawasan Digital yang Lemah
Cyberbullying di grup WhatsApp atau media sosial jarang terpantau oleh pihak sekolah. -
Orang Tua Tidak Dilibatkan Aktif
Padahal sinergi sekolah dan keluarga sangat penting dalam mencegah dan menanggapi bullying.
Inilah Saatnya Pendidikan Melindungi, Bukan Melukai
Pendidikan sejati membangun manusia yang sadar akan nilai kemanusiaan. Tanpa itu, sekolah hanya menjadi tempat reproduksi kekuasaan tanpa nurani. Sudah waktunya setiap institusi pendidikan di Indonesia memiliki sistem anti-bullying yang konkret, aktif, dan melibatkan semua pihak—guru, siswa, dan orang tua.
Jika kita terus menormalisasi kekerasan di sekolah, kita sedang membentuk generasi yang percaya bahwa kekuatan bisa didapat dari menindas yang lemah. Dan itu adalah kegagalan mendalam dalam pendidikan kita.